12 Desember 2006
Aku adalah seorang cewek berumur 17 tahun yang baru satu setengah tahun ikut Yesus dan baru enam bulan ikut dalam pelayanan musik dan pujian menjadi seorang singer. Mulanya semuanya berjalan dengan lancar dan nyaris tidak ada hambatan – kecuali aku mesti harus nebeng temen kalau mau tugas. Para pelayan yang lain juga sangat baik dan menerima aku apa adanya meskipun terkadang aku agak kekanak-kanakan. Aku memang tergolong baru dan tidak mengetahui asal-usul tentang sesama pelayan itu. Aku juga orang yang polos sehingga aku hanya melihat mereka apa adanya mereka saat di gereja. Salah satu dari mereka merupakan teman yang diam-diam aku kagumi. Namun ada suara sumbang di balik itu.
Ternyata temanku itu telah lama berpacaran dengan seseorang yang juga pelayan Tuhan. Tidak bermaksud menghakimi karena aku sendiri mendengarnya dari seorang teman kalau setiap pelayanan mereka selalu bersama-sama. Bukan hanya itu tapi juga mereka memiliki hubungan yang cukup bebas. Seakan mereka memang melakukan pelayanan di atas mimbar namun hal itu tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka hidup selayaknya cara dunia.
Tiba-tiba aku merasa sangat kecewa dengan sikap mereka selama ini. Benarkah mereka hanya berkedok pelayanan saja untuk bisa bersama tanpa harus dicurigai dan dipandang negatif? Jadi benarkah pelayanan mereka bukan karena Tuhan? Entah kenapa tiba-tiba hatiku sangat sakit dan terutama sangat tidak setuju kalau pelayanan itu mereka gunakan sebagai kedok untuk mencari muka. Terlebih jika perbuatan mereka sama sekali tidak bisa terkontrol. Bukankah dengan komitmen kepada pelayanan, mereka harus menyalibkan kedagingan mereka? Jadi pelayanan apa ini sebenarnya? Penyaluran hobi bermain musik dan bernyanyi?
Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan di atas juga pantas ditujukan kepadaku. Aku sama sekali tidak tahu apa jawaban untuk semuanya itu. Mungkin aku sendiri juga bukan seorang pelayan yang baik. Aku juga belum sepenuhnya melakukan pelayanan untuk Tuhan. Terkadang yang kuingini bukan untuk mencari wajah Tuhan namun mencari nama di depan manusia. Mungkin karena sedari kecil aku merasa minim perhatian dan merasa minder. Mungkin juga ada kebanggaan tersendiri dengan tampil di atas pentas dan bernyanyi selayaknya pe-Mazmur atau penyembah sejati. Aku sama sekali nggak mau membuat pelayananku sebagai kedok untuk mencari penghargaan dari orang lain. Aku nggak mau menjadikan pelayananku kedok untuk mencari nama dan pacar di gereja. Karena demi Tuhan aku jujur dari hatiku yang paling dalam, aku akui aku datang ke gereja mulanya untuk mencari kenalan agar mendapat jodoh yang seiman. Dan aku menyembah Tuhan hanya karena aku menjadi tontonan banyak orang, menjadi pusat perhatian sehingga aku seolah-olah menyembah Tuhan. Aku tidak mau menjadi orang munafik, menjadi ahli taurat – walau dalam hal ini adalah menjadi penyembah bukan pengkhotbah. Tapi tetap ini semua wujud pelayanan. Aku tidak mau menjadi orang yang berkedok seperti itu.
Efesus 6:6-7
6:6 jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah,
6:7 dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.
Kadang aku merasa kalau keberadaannya dalam pelayanan yang sama denganku sangat mendorong motivasiku. Ada semangat dan motivasi yang salah padaku. Dan mungkin juga dengan masalah ini aku bisa merenungkan kembali semua motivasi pelayananku. Benarkah aku ingin melayani Tuhan atau sekedar mencari nama di depan manusia?
Ketika mengingat mereka berdua yang telah berkedok pelayanan sebagai ajang agar bisa bersamaan alias kencan tanpa harus dipandang negatif itu saja sudah membuat hatiku sangat sedih dan kecewa. Aku tidak tahu bagaimana kecewanya hati Tuhan karena hal itu. Mungkin Dia benar-benar-benar kecewa. Mungkin dia menangis lebih deras dan terluka dari pada aku. Bukankah Tuhan sudah memilih setiap umatNya dari sebelum sejak kami dilahirkan? Dan begitu pula yang terpilih menerima tugas menjadi pelayananNya. Bukankah itu adalah pilihan Tuhan sendiri? Jadi entah bagaimana rasanya melihat orang yang kita pilih dari berbagai umat di dunia ini untuk melayaninya dan ternyata orang itu menyalahgunakan kepercayaanNya.
Yah, aku sama sekali tidak ingin menghakimi sesama saudara seimanku tapi aku hanya tidak ingin ikut terjerumus dalam hal ini. Aku sudah berkomitmen dengan pelayanan ini dan itu artinya aku sama sekali tidak boleh berbalik lagi apalagi hanya mengenakan kedok.
Mungkin ini yang Tuhan maui dalam perenunganku dan pergumulanku beberapa hari ini. Tuhan ingin agar aku lebih tekun mencari wajahnya, membenahi motivasiku yang salah, tidak memakai pelayanan sebagai kedok dan tidak memandang manusia melainkan fokus sepenuhnya pada Tuhan. Tuhan tahu apa isi hatiku meskipun aku menyembunyikannya dari manusia dan memakai topeng sebagai seorang pelayan Tuhan yang baik dan sempurna. Tapi Tuhan tahu kecacatan itu dan aku tahu Tuhan memperbaikinya melalui proses pergumulanku ini. Tuhan ingin agar aku mengalami apa yang dinamakan pertumbuhan rohani karena tanpa itu semua aku hanya akan tetap menjadi si bayi yang baru lahir dan belum genap dua tahun ikut Yesus. Mungkin aku memang belum genap satu tahun melayani Yesus tapi aku mau menjadi yang tertua dalam hal iman dan kepercayaan juga teladan bagi orang-orang percaya. Bukankah memang begitu orang muda itu?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
:) Semoga Tuhan memberkati anda menjadi pengikut Yesus yang berilmu
Post a Comment